Aku tak pernah bermimpi menjadi rumput di jidatmu
bahkan sampai telaga itu menyuarakan gerimis bising
aku tersungkur di ujung belatiku sendiri
membelah kelamin ketika resah mulai beku
andai kau temukan darah di tepi jasadku
mungkin hanya aroma tulang yang membusuk
saat lelahku telah tergadai...
dengan sejuta tawa
yang selalu saja menjadi buliran senja
termangu...
menunggu tanah yang ingin menelanku mentah-mentah
maafkan kematianku
yang menjepit nafasmu hingga sesak
hingga lepas sejuta gairah tanpa bahasa
aku hanya penari laknat
saat kau puja dengan darah
yang kau gorokkan di sela kelingkingku yang lentik
Maafkan kematianku
yang hanya menyisakan gerimis
ketika mimpi kita hanya sebuah jeda
tentang hasrat bisu..
tentang kalimat yang tak mampu terurai dalam gelisah
tarianku adalah kemunafikan dari abjad maya
tentang laut... tentang buih..
tentang dosa dalam pelir karang
yang ringkih...
Tarianku adalah
keterpesonaan tentang vodka biru...
yang kau tuangkan lewat kata tak terbaca..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar